PAIKEM, Cooperative Learning, dan Scientific Learning (Belajar dan Pembelajaran)

BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi sekolah pada umumnya adalah rendahnya mutu pendidikan. Usaha peningkatan kualitas pendidikan terus dilaksanakan secara sistematis. Pembaharuan pendidikan tersebut merupakan upaya sadar yang sengaja dilakukan dengan tujuan memperbaiki praktek pendidikan dengan sungguh-sungguh. Upaya peningkatan mutu pendidikan salah satunya adalah menciptakan kurikulum yang lebih memberdayakan peserta didik. Untuk itu, perlu dirancang sebuah kurikulum yang berorientasi pada pencapaian tujuan pendidikan nasional yakni menghasilkan manusia yang berkualitas dan berkompeten.
Selain itu, mutu pendidikan juga sangat ditentukan oleh pendekatan- pendekatan yang digunakan para guru dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Ketepatan dalam menggunakan pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan dapat membangkitkan motivasi dan minat siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan, serta terhadap proses dan hasil belajar siswa. Siswa akan mudah menerima materi yang diberikan oleh guru apabila pendekatan pembelajaran yang digunakan tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajarannya. Adapun permasalahan yang dihadapi siswa antara lain kemandirian dan kedewasaan yang lambat, ini dilihat dari perilaku siswa di kelas yang sering ramai dan tidak merespon materi yang disampaikan oleh guru. Selanjutnya motivasi siswa sangat rendah, ini dapat dilihat keinginan siswa dalam mengikuti pelajaran sangat rendah. sehingga guru harus memotivasi terus menerus saat  kegiatan  belajar mengajar pembelajaran yang baik adalah pendekatan yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, kondisi siswa, sarana yang tersedia serta tujuan pembelajarannya.

Berdasarkan gagasan di atas, dapat diperdalam tentang:
1.      Pengertian, metode-metode, langkah-langkah penerapan, kelebihan dan kekurangan dari model PAIKEM.
2.      Pengertian, metode-metode, langkah-langkah penerapan, kelebihan dan kekurangan pendekatan pembelajaran kooperatif.
3.      Pengertian, langkah-langkah penerapan pendekatan pembelajaran Scientific.
Tujuan penulisan makalah ini :
1.      Menjelaskan pengertian, metode-metode, langkah-langkah penerapan, kelebihan dan kekurangan dari metode PAIKEM.
2.      Menjelaskan pengertian, metode-metode, langkah-langkah penerapan, kelebihan dan kekurangan pendekatan pembelajaran kooperatif.
3.      Menjelaskan pengertian, langkah-langkah penerapan pendekatan pembelajaran scientific.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    PAIKEM
1.      Pengertian PAIKEM
PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Sesuai dengan huruf yang menyusun namanya, pembelajaran PAIKEM adalah salah satu contoh pembelajaran inovatif yang memiliki karakteristik aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. (http://mujahidahtangguh.wordpress.com/2010/02/09/pengertian-paikem/: 11. 25 WIB).
Berdasarkan pengertian di atas, bahwa PAIKEM merupakan metode pembelajaran yang akti, inovatif dan sebagainya. Metode seperti ini sangat membantu tercapainya tujuan pembelajaran. Terciptanya kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan sekaligus berkesan bagi peserta didik dan pendidiknya.
a.    Aktif
Pengembang pembelajaran ini beranggapan bahwa belajar merupakan proses aktif merangkai pengalaman untuk memperoleh pemahaman di dalam implementasinya, seorang guru harus merancang dan melaksanakan kegiatan-kegiatan atau strategi-strategi yang memotivasi siswa berperan secara aktif di dalam proses pembelajaran.
Seorang guru dituntut untuk memiliki sikap aktif, karena jika guru tersebut pasif dan tidak berkembang maka suasana dalam pembelajarannya akan terasa hambar, hanya seperti itu itu saja. Guru harus bisa mengaktifkan dirinya dan diri peserta didik agar suasana belajar menjadi hidup tidak mati serta tidak membosankan.

b.      Inovatif
Pembelajaran PAIKEM bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang menyenangkan. Learning is fun merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini dipikirannya tidak akan ada lagi siswa yang pasif di kelas. Membangun metode pembelajaran inovatif sendiri bisa dilakukan dengan cara diantaranya menyesuaikan setiap karakteristik diri. Artinya mengukur daya kemampuan serap ilmu masing-masing orang. Contohnya saja sebagian orang ada yang berkemampuan dalam menyerap ilmu dengan menggunakan visual atau kemampuan mendengar, dan kemampuan kinestetik. Dan hal tersebut harus disesuaikan pula dengan upaya penyeimbangan fungsi otak kiri dan otak kanan yang akan mengakibatkan proses terbangunnya rasa percaya diri siswa.
Seorang guru tidak berhak mengatakan salah kepada muridnya jika pendapatnya kurang benar, karena sikap guru yang seperti ini akan membunuh karakter siswanya, dan hal seperti ini akan berakibat fatal serta menjadikan murid enggan untuk berargumen atau bertanya tentang apa saja yang sudah diduskusikan. Jadikan suasana di dalam kelas menjadi suasana keluarga agar lebih terjalin hangat antara siswa dengan gurunya.

c.       Kreatif
         Pembelajaran PAIKEM juga dirancang untuk mampu mengembangkan kreativitas. Pembela haruslah memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, inisiatif, dan kreativitas serta kemandirian siswa sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologisnya. Kemandirian dan kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh semua bentuk pembelajaran. Dengan dua bekal itu setiap orang akan mampu belajar sepanjang hidupnya. Ciri seorang pembelajar yang mandiri adalah: mampu secara cermat mendiagnosis situasi pembelajaran tertentu yang sedang dihadapinya; mampu memilih strategi belajar tertentu untuk menyelesaikan masalah belajarnya; memonitor keefektifan strategi tersebut; dan termotivasi untuk terlibat dalam situasi belajar tersebut sampai masalahnya terselesaikan.
Dalam hal kreatif pasti akan memunculkan sesuatu yang baru, seorang guru harus berfikiran kreatif dan memikirkan bagaimana caranya agar peserta didik tidak merasa bosan ketika sedang belajar. Mungkin seorang guru bisa saja memunculkan kreatifitas dalam kelas dengan menggunakan alat peraga (properti) yang sesuai dalam mata pelajaran tersebut. Mengapa harus demikian? Karena dengan dimunculkannya hal seperti ini peserta didik akan lebih cepat dalam menangkap pelajaran tersebut serta minat dalam belajar akan terasa menggebu-gebu.

d.      Efektif
Pembelajaran harus dilakukan sedemikian rupa untuk mencapai semua hasil belajar yang telah dirumuskan. Karena hasil belajar itu beragam, karakteristik efektif dari pembelajaran ini mengacu kepada penggunaan berbagai strategi belajarnya. Banyak orang beranggapan bahwa berbagai strategi pembelajaran inovatif termasuk PAIKEM seringkali tidak efisien (memakan waktu). Hal tersebut tentu amat mudah dipahami, dalam pembelajaran PAIKEM banyak hasil belajar yang dicapai sehingga memerlukan waktu yang lama.
Sering kita temui beberapa guru yang kurang profesional dalam kegiatan belajar-mengajar. Banyak juga guru yang tidak efektif dalam menyampaikan materi. Contohnya seperti sang guru yang masuk kelas memerintahkan siswa siswinya agar mengerjakan evaluasi bab sekian tanpa mengulas materinya, lalu sang guru pergi meninggalkan kelas dan kembali lagi 5 menit pelajaran selesai. Apakah metode ini sudah efektif? Tentu tidak. Seorang guru tidak bisa dikatakan efektif jika ia belum bisa mengefektifkan dirinya sendiri, dengan mengatur waktu agar bisa merangkul peserta didik dan menjadikannya paham dengan mata pelajaran yang telah disampaikan.

e.       Menyenangkan
Pembelajaran yang dilaksanakan haruslah dilakukan dengan tetap memperhatikan suasana belajar yang menyenangkan. Belajar akan efektif jika suasana pembelajarannya menyenangkan. Seseorang yang secara aktif membangun pengetahuannya memerlukan dukungan suasana dan fasilitas belajar yang maksimal. Suasana yang menyenangkan dan tidak diikuti suasana tegang sangat baik untuk membangkitkan motivasi untuk belajar. Anak-anak pada dasarnya belajar paling efektif pada saat mereka sedang bermain atau melakukan sesuatu yang mengasyikkan.
Menurut penelitian, anak-anak menjadi berminat untuk belajar jika topik yang dibahas sedapat mungkin dihubungkan dengan pengalaman mereka dan disesuaikan dengan alam berpikir mereka. Yang dimaksudkan adalah bahwa pokok bahasannya dikaitkan dengan pengalaman siswa sehari-hari dan disesuaikan dengan dunia mereka dan bukan dunia guru sebagai orang dewasa. Apalagi jika disesuaikan dengan kebiasaan mereka dalam belajar. Ciri yang terakhir ini merupakan ciri pembelajaran kontekstual. Dengan demikian pembelajaran PAIKEM sebenarnya juga pembelajaran kontekstual. (Muhibbin Syah, 2009:)

Di dalam kegiatan belajar-mengajar seorang peserta didik haruslah dijadikan sebuah objek yang paling utama. Karena jika kita tidak begitu terlalu memperdulikannya, akan cepat sekali timbul rasa kejenuhan. Metode menyenangkan ada kaitannya juga dengan Metode Efektif. Seorang guru tidaklah boleh terlalu serius dalam mengajar, hal ini akan menjadikan peserta didiknya takut dan enggan untuk bertanya ketika sedang berdiskusi. Seorang guru harus melahirkan dan menciptakan suasana menyenangkan. Mungkin dengan dilakukannya sebuah intermezo yang mendidik atau mungkin siswa diperintahkan untuk menceritakan pengalamannya dengan mengaitkan pengalaman si murid dengan mata pelajaran yang sedang berlangsung. Dengan cara ini peserta didik akan merasa nyaman serta minat belajarnya akan meningkat.

2.      Metode PAIKEM
Metode Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, diantaranya sebagai berikut:
a.       Tutorial dicirikan dengan terjadinya pertukaran informasi antara peserta didik dengan tutor.
b.      Ceramah/kuliah didominasi komunikasi lisan (oral) dari atau pengajar.
c.       Resitasi dicirikan dengan guru “mendengar” peserta didik berbicara, membaca, atau melakukan tindakan lainnya.
d.      Diskusi dicirikan dengan komunikasi lisan antara guru peserta didik, serta antara peserta didik.
e.       Kegiatan laboratoium dicirikan dengan situasi di mana peserta didik berinteraksi dengan kejadian atau benda nyata.
f.       Pekerjaan rumah yang dapat berupa instruksi, latihan, atau proyek. (Ridwan Abdullah Sani, 2013: 158).
Dengan adanya Metode PAIKEM tersebut diharapkan agar setiap materi pelajaran yang disampaikan dapat dengan mudah diterima oleh peserta didik. Mengulas kembali materi pembelajaran yang disampaikan seminggu sebelumnya juga perlu dilakukan agar tingkat pemahaman peserta didik lebih mendalam.

3.      Langkah-langkah Penerapan PAIKEM
Secara garis besar, langkah-langkah penerapan PAIKEM, sebagai berikut:
a.       Siswa terlibat dalam berbagai macam kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar.
b.      Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan dan cocok bagi siswa.
c.       Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan pojok baca.
d.      Guru menerapkan cara mengajar yang kooperatif dan interaktif termasuk cara belajar kelompok.
e.       Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri untuk pemecahan suatu masalah untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolah.
Jadi, seorang pendidik diharapkan untuk menguasai Metode PAIKEM. Mengapa demikian? Karena dengan penyampaian materi yang monoton dapat menimbulkan kejenuhan belajar di dalam kelas bagi peserta didik. Pendidik juga harus menciptakan suasana belajar yang harmonis agar tidak dibatasi antara guru dengan murid.
4.      Kelebihan dan kelemahan metode PAIKEM
a.       Kelebihan PAIKEM:
1)      Mengalami : Peserta didik terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun emosional
2)      Komunikasi : Kegiatan pembelajaran memungkinkan terjadinya komunikasi antara guru dan peserta didik
3)      Interaksi : Kegiatan pembelajarannya memungkinkan terjadinya interaksi multi arah
4)      Refleksi : Kegiatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik memikirkan kembali  apa yang telah dilakukan

Pendidik yang menerapkan Metode PAIKEM dalam pembelajarannya akan memperoleh respon yang berbeda dengan pendidik yang tidak tahu makna PAIKEM, karena dengan menggunakan metode ini peran peserta didik sangat aktif dalam pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan juga sering kali menciptakan kreatifitas yang baru. Baik dengan menggunakan sebuah media yang dijadikan properti pada proses penyampaian materi pembelajaran tersebut. Dengan begitu siswa tidak akan merasa jenuh pada saat proses pembelajaran berlangsung.
b.      Kelemahan PAIKEM:
1)      Membutuhkan dana, dalam pembelajaran yang PAIKEM sering kita memakai media sehingga membutuhkan biaya yang lebih untuk menunjang proses pembelajaran
2)      Pengembangan RPP, dalam pembelajaran PAIKEM guru dituntut untuk kerja exstra dalam pengembangan pembuatan RPP agar dapat menciptakan pembelajaran yang diinginkan  Manajemen kelas, dalam pembelajaran ini guru harus selalu dapat menciptakan suasana kelas yang kondusif dan menyenangkan.
3)      Kurangnya kreatifitas guru, dalam pembelajaran PAIKEM guru cenderung malas untuk melalkukan pembelajaran yang inovatif. 

Segala sesuatu pasti ada kekurangan dan kelebihannya. Dan kelemahan dari PAIKEM adalah : memerlukan dana yang cukup besar untuk pembuatan media pembelajaran, dibutuhkan ketelitian dalam pengembangan RPP nya serta dibutuhkan kemampuan dalam mengkondisikan suasana kelas agar lebih menyenangkan. Dilakukan penyusunan RPP secara sistematis sehingga perencanaan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal.
B.     PEMBELAJARAN KOOPERATIF (Cooperative Learning)
1.         Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif pada umumnya merupakan pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok. Metode kooperatif dapat dikombinasikan dengan metode lainnya untuk berbagai tujuan pembelajaran. (Ridwan Abdullah Shani, 2013: 187).
Mengutip dari pengertian di atas, bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok. Pesreta didik akan dibagi ke dalam beberapa kelompok belajar.
Menurut Panitz, pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Namun, teori konstruktivisme Vygotsky menekankan bahwa pengetahuan dibangun dan dikonstruksi secara mutual. Keterlibatan mereka dengan orang lain membuka kesempatan bagi mereka mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman.
Vygotsky menekankan peserta didik mengonstruksi pengetahuan melalui interaksi sosial dengan orang lain. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran berbasis sosial dan belajar kelompok. Kelompok bukanlah semata-mata sekumpulan orang. Disebut kelompok apabila ada interaksi, mempunyai tujuan, berstruktur, dan groupness. (http://buanatiwi.wordpress.com/2013/04/09/model-pembelajaran-cooperative-learning/: 13. 50 WIB).
Pembelajaran kooperatif atau pembelajaran model kelompok ini, menekankan peserta didik untuk menyusun pengetahuan melalui interaksi sosial, karena pemeblajaran kooperatif berbasisi sosial.

2.         Metode-metode Pembelajaran Kooperatif
a.        Jigsaw
Model ini dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot aronson dan teman-temannya di Universitas Texas. Arti Jigsaw dalam bahasa inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah pussle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Model pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah model yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Seperti yang diungkapkan Lie (1999:73) “pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. (http://buanatiwi.wordpress.com/2013/04/09/model-pembelajaran-cooperative-learning/: 13. 50 WIB).
Model kooperatif jigsaw, membagi siswa ke dalam kelompok belajar yang terdiri dari empat hingga enam orang siswa. Mereka saling bekerjasama untuk memecahkan masalah (menyelesaikan tugas) yang diberikan oleh guru.
b.      Student Teams – Achievement Devisions (STAD)
Student Team-Achievement Devision (STAD) strategi pembelajaran kooperatif yang memadukan penggunaan metode ceramah, questioning dan diskusi. Sebelum pembelajaran dimulai, peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok tim dan tempat duduk ditata sedemikian rupa sehingga satu kelompok peserta didik dapat duduk berdekatan. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan penyajian materi pelajaran oleh guru. Setelah penyajian materi selesai, kelompok/tim mendiskusikan materi yang diajarkan guru untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok/tim sudah dapat menguasai materi pelajaran yang diajarkan guru. Apabila ada anggota kelompok yang belum memahami, maka anggota kelompok yang lain berusaha untuk membantunya sampai semua anggota benar-benar menguasai materi yang diajarkan guru. Setelah semua kelompok menyatakan siap diuji, guru kemudian memberi soal ujian kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjawab soal, anggota kelompok tidak boleh saling membantu. Nilai ujian dihitung berdasarkan jumlah nilai semua anggota kelompok. (http://buanatiwi.wordpress.com/2013/04/09/model-pembelajaran-cooperative-learning/: 13. 50 WIB).
Student Team-Achievement Devision (STAD), menggunakan tiga metode pengajaran, yaitu: ceramah, questioning, dan diskusi. Setiap peserta dalam kelompok belajar harus memahami materi yang sudah disampaikan oleh guru. Setelah itu, guru menguji setiap individu dalam tiap kelompok. Penilaian kelompok diperoleh dari hasil penjumlahan nilai individu pada kelompok tersebut.
c.         Think-Pair-Share
Pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan, guru meminta siswa berpasang-pasangan untuk berdiskusi. Diharapkan dalam diskusi ini dapat memperdalam makna dari jawaban dari perrtanyaan yang diajukan guru. Hasil diskusi intersubjektif di tiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas, tahap ini dikenal dengan sharing. (http://buanatiwi.wordpress.com/2013/04/09/model-pembelajaran-cooperative-learning/: 13. 50 WIB).
Pembelajaran model ini, dapat dilakuakan dengan cara memasangkan peserta didik untuk menjawab pertanyaan dari guru. Untuk selanjutnya disampaikan kepada seluruh siswa di kelas.
d.        Numbered Heads Together
Pembelajaran ini diawali dengan pembagian kelompok untuk para siswa, tiap siswa dalam tiap kelompok mendapat nomor. Guru memberi tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya. Selanjutnya kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap siswa dalam tiap kelompok mengetahui jawabannya. Kemudian, guru memanggil salah satu nomor siswa untuk melaporkan hasil kerjasama mereka, tanggapan teman lain ditampung, kemudian guru memanggil nomor yang lain dan terakhir membuat simpulan. (http://buanatiwi.wordpress.com/2013/04/09/model-pembelajaran-cooperative-learning/: 13. 50 WIB).
Metode NHT dilakukan dengan cara guru memberikan nomor kepada setiap individu dalam tiap kelompok, kemudian memanggil salah satu nomor untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok mereka di depan kelompok-kelompok lain. Terakhir, mereka membuat simpulan dari hasil diskusi dan menyimak tersebut.


e.         Two Stay Two Stray
Prosedur pembelajaran seperti ini dimulai dengan siswa bekerja dalam kelompok yang erjumlah 4 orang. Kemudian, dua siswa dari masing-masing kelompok berpindah ke kelompok lain dan mendengarka penjelasan atau jawaban dari kelompok baru tersebut. Setelah itu, kedua siswa utusan tiap kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing untuk menjelaskan jawaban dari kelompok lain. Terakhir kelompok mencocokan dan membahas hasil kerja mereka. (http://buanatiwi.wordpress.com/2013/04/09/model-pembelajaran-cooperative-learning/: 13. 50 WIB).
Dalam satu kelompok belajar terdiri dari empat siswa. Setelah mereka mendiskusikan tugas dari guru, dua orang siswa dari masing-masing kelompok mendatangi kelompok lain dan menyimak hasil diskusi mereka. Setelah itu, dua orang utusan tiap kelompok tadi kembali ke kelompoknya masing-masing untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok-kelompok yang tadi mereka datangi.

f.          Group Investigation
Strategi belajar kooperatif GI dikembangkan oleh shlomo Sharan dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv, Israel. Secara umum perencanaan pengorganisasian kelas dengan menggunakan teknik kooperatif GI adalah kelompok dibantu oleh siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilih subtopik dari keseluruhan unit materi (pokok bahasan) yang akan diajarkan, dan kemudian membuat/menghasilkan laporan kelompok yang selanjutnya setiap kelompoknya memaperkan atau mempresentasikan laporanya di depan kelas. (http://buanatiwi.wordpress.com/2013/04/09/model-pembelajaran-cooperative-learning/: 13. 50 WIB).
Strategi belajar kooperatif GI membolehkan siswa memilih subtopik yang akan mereka bahas sesuai keinginan kelompok masing-masing. Setelah selesai, tiap kelompok akan mempresentasikan hasil diskusi mereka.
g.        Make - A Match (Mencari Pasangan)
Metode pembelajaran make a match merupakan metode pembelajaran kelompok yang memiliki dua orang anggota. Masing-masing anggota kelompok tidak diketahui sebelumnya tetapi dicari berdasarkan kesamaan pasangan misalnya pasangan soal dan jawaban. Guru membuat dua kotak undian, kotak pertama berisi soal dan kotak kedua berisi jawaban. Peserta didik yang mendapat soal mencari peserta didik yang mendapat jawaban yang cocok, demikian pula sebaliknya. Metode ini dapat digunakan untuk membangkitkan aktivitas peserta didik belajar dan cocok digunakan dalam bentuk permainan. (http://buanatiwi.wordpress.com/2013/04/09/model-pembelajaran-cooperative-learning/: 13. 50 WIB).

Metode pembelajaran kooperatif seperti ini, dapat membangkitkan keaktifan peserta didik, dan cocok digunakan dalam bentuk permainan. Peserta didik dibagi ke dalam dua kategori, yaitu kategori pertanyaan dan kategori jawaban. Lalu mereka akan mencari pasangannya dengan menyocokan antara pertanyaan dengan jawabannya.

3.         Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Tahapan pelaksanaan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
Fase I: Penyampaian tujuan dan motivasi kepada peserta
Kegiatan Fasilitator: Menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada materi pelatihan itu, sekaligus memotivasi peserta
Fase II: Penyajian informasi
Kegiatan Fasilitator: Menyampaikan informasi kepada peserta dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Fase III: Pengorganisasian peserta ke dalam kelompok-kelompok belajar
Kegiatan Fasilitator: Menjelaskan kepada peserta bagaimana membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Fase IV: Pembimbingan kepada kelompok dalam bekerja dan belajar
Kegiaan Fasilitator: Membimbing kelompok- kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas yang diberikan
Fase V: Pengevaluasian kegiatan belajar
Kegiatan Fasilitator: Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase VI: Pemberian penghargaan
Kegiatan Fasilitator: Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dalam masing-masing kelompok. (http://widyatan-lampung.blogspot.com/2013/02/cooperative-learning-sebagai-model.html: 13.45 WIB)
Jadi, ada 6 tahap atau  langkah pembelajaran kooperatif, yaitu pada Tahap Pertama guru sebagai fasilitator bertugas menyampaikan tujuan pembelajaran, kompetensi dasar, dan memotivasi peserta didik agar semangat dan bersungguh-sungguh dalam belajar. Tahap Kedua, guru memberikan informasi mengenai materi yang sedang dibahas, baik melalui cara mendemonstrasikan (mempergakan) maupun buku bacaan dengan cara membacakannya. Tahap Ketiga, guru atau fasilitator menggolongkan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok belajar. Boleh guru yang membagi kelompok tersebut ataupun peserta didik sendiri yang membentuk kelompok belajar. Tahap Keempat, setelah kelompok belajar terbentuk, guru membimbing peserta didik dalam mengerjakan tugas yang diberikan kepada masing-masing kelompok. Tahap Kelima, guru mengevaluasi hasil belajar siswa, baik melalui tes berupa lisan maupun tulisan sebagai penilaian atau tolak ukur sejauh mana peserta didik memahami materi yang telah dibahas bersama. Untuk Tahap Keenam, guru memberikan penghargaan kepada peserta didik baik individu maupun kelompok. Hal itu selain memberikan kesenangan kepada peserta didik yang diberi pengharagaan, juga memotivasi siswa lain atau kelompok lain agar lebih baik lagi dalam belajar.
4.         Kelemahan dan Kelebihan Pembelajaran Kooperatif
a)      Kelebihan Pembelajaran Kooperatif adalah sebagai berikut:
                                                    i.      Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu tergantung pada guru, tapi dapat menambah kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari berbagi sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
                                                  ii.      Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
                                                iii.      Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
                                                iv.      Pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
                                                  v.      Pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.
                                                vi.      Melalui pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.
                                              vii.      Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).
                                            viii.      Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.


b)      Kelemahan-kelemahan pembelajaran koopertaif adalah sebagai berikut:
                                                     i.     Untuk memahami dan mengerti filosofis pembelajaran kooperatif membutuhkan waktu yang lama.
                                                   ii.     Dikhawatirkan apa yang harus dipelajari dan dipahami tidak dicapai oleh siswa.
                                                 iii.     Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif kepada hasil kelompok, namun guru perlu menyadari bahwa hasil atau presentasi yang diharapkan sebenarnya adalah hasil atau presentasi setiap individu siswa.
                                                 iv.     Dalam  upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup lama.
                                                   v.     Banyak aktivitas dalam kehidupan yang  hanya didasarkan kepada kemampuan secara individu. (http://modelmodelpembelajaran8.blogspot.com/2013/04/kelebihan-dan-kelemahan-model.html: 13.58 WIB).

Merujuk kepada sumber bacaan di atas, dapat diamati bahwa kelebihan-kelebihan dari model pembelajaran koopertaif amatlah banyak. Jika diambil garis besarnya, dengan pembelajaran kooperatif siswa akan belajar menghargai pendapat orang lain, lebih mandiri dan belajar untuk bekerjasama daam menyelesaikan suatu permasalahan lebih tepatnya tugas yang diberikan oleh guru. Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran ini dapat disimpulkan bahwa guru akan sedikit kesulitan untuk menilai prestasi individu, waktu yang dibutuhkan untuk model pembelajaran tersebut tidaklah sedikit, dan dikhawatirkan siswa tidak mencapai pemahaman materi dengan benar.
C.     PEMBELAJARAN ILMIAH (Scientific Learning)
1.      Pengertian Pembelajaran scientific
Pengertian penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tidak hanya fokus pada bagaimana mengembangkan kompetensi siswa dalam melakukan observasi atau eksperimen, namun bagaimana mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berpikir sehingga dapat mendukung aktivitas kreatif dalam berinovasi atau berkarya.
Pendekatan pembelajaran model ini, mendukung kreativitas siswa melalui kegiatan mengamati (observasing), menanya (questioning), menalar (associating), mencoba (experimenting), dan membentuk jejaring (networking).(http://hendisuhendi2012.wordpress.com/2013/07/18/pendekatan-pembelajaran-scientific-di-kurikulum-2013/: 13. 55 WIB).


Pendekatan ini, biasanya dikaitkan dengan proses penilaian otentik, yaitu penilaian berbasis portopolio, pertanyaan yang tidak memiliki jawaban tungga, menilai proses pengerjaan bukan pada hasilnya, dan penilaian spontanitas/ekspresif.
2.      Langkah-langkah Penerapan Pembelajaran Scientific
Langkah-langkah pembelajaran scientific meliputi:
a.         Mengamati fakta
Mengamati fakta yang ada dapat dibagi dalam dua keadaan seperti pengamatan nyata fenomena alam atau lingkungan dan pengamatan obyek langsung.

b.        Pengamatan nyata fenomena alam atau lingkungan.
Pengamatan seperti ini cocok untuk anak sekolah menengah pada kelas rendah dimana karakter penalarannya masih bertaraf induktif. Pengamatan langsung fenomena alam akan membantu siswa menuangkan apa yang di lihat atau amati ke dalam pengetahuan sederhana menjadi bakal pengetahuan secara lisan ataupun tertulis. Hasil tuangan dalam bahasa pengetahuan sederhana tersebut dengan mudah dapat dipahami. Misal; fakta tentang “pengetahuan kontekstual”, yang menggambarkan tentang pola pemukiman penduduk.

c.         Menanya
Kecenderungan yang ada sekarang adalah siswa gagal menyelesaikan suatu masalah yang ada hubungannya dengan pengetahuan sosial, jika konteksnya diubah sedikit saja. Ini terjadi karena siswa cenderung menghafal fakta, konsep atau prosedur tertentu. Tidak terbangun suatu pemikiran yang divergen. Pemikiran yang divergen ini dapat dibangkitkan dari suatu pertanyaan. Untuk menggalinya dapat dilakukan dengan memanfaatkan solusi yang mereka hasilkan, dengan menanyakan alternatif-alternatif yang mungkin dari solusi itu. Dalam hal ini guru tidak boleh memberi tahu, tetapi hanya memberikan pertanyaan pancingan, sampai siswa sendiri yang menyelesaikan dan mencari alternatif yang lain.

d.      Menalar
Pertanyaan seperti di atas memerlukan adanya solusi (jawaban) melalui suatu penalaran. Dalam IPS permasalahan seperti ini dapat dijawab dengan mengaitkan teorema lain atau pendefinisian baru terutama bagi siswa yang sudah dapat menerima kebenaran logis. Penalaran secara umum adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Disini penalaran.

e.       Mencoba
Pengertian mencoba disini dapat diartikan secara sempit seperti menunjukkan dan dapat diartikan secara luas yaitu membuktikan. Pembuktian dalam hal ini dapat dilakukan dengan cara membayangkan atau dengan mempraktekkan langsung. Sebagai contoh masih berhubungan dengan tema “manusia sebagai mahkluk sosial”, menunjukkan sekelompok manusia di dalam kelas memiliki arti bahwa manusia selalu hidup bergerombol atau berkelompok atau memerlukan orang lain. Pembuktian melalui praktek dapat dilakukan dengan durasi waktu tertentu, missal selama 5 menit, siswa yang ada dalam kelas diperintahkan untuk duduk sendiri-sendiri, dan dilarang berbicara atau berkomunikasi dengan yang lain. Pengalaman seperti apa yang di dapat mereka? Contoh ini bukan merupakan pembuktian dalam IPS secara sempurna, hanya sekedar contoh tahapan/langkah dalam pendekatan ilmiah dengan tema manusia sebagai mahkluk sosial.

f.       Menyimpulkan (mengaitkan dengan konsep dan aplikasi lain)
Pengertian menyimpulkan disini mengandung dua pengertian, yaitu mengaitkan konsep dalam IPS itu sendiri dan mengaitkan konsep yang diperoleh dengan dunia nyata. Hasil praktek yang diperoleh oleh siswa digunakan untuk aplikasi dalam dunia nyata dikaitkan dengan pengetahuan, sehingga siswa dapat menarik kesimpulan tentang manusia sebagai mahkluk sosial yang harus berkomunikasi karena dia membutuhkan orang lain. Oleh karenanya, agar terjalin hubungan kerjasama atau kolaborasi yang harmonis, dia harus berkomunikasi secara sopan, santun dan beretika. Itulah yang dimaksud networking atau membentuk jaringan. Akhirnya, dengan pengalaman seperti itu diharapkan dapat membentuk sikap siswa.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
            Pendekatan Pembelajaran Aktif, inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan atau PAIKEM merupakan model pembelajaran yang baik dan meyenangkan untuk peserta didik. Bukan hanya dapat memaham materi saja, namun dengan PAIKEM peserta didik akan mendapatkan kesan yang menyenangkan ketika dan setelah belajar.
            Model pembelajaran kooperatif pada umumnya merupakan pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok. Metode kooperatif dapat dikombinasikan dengan metode lainnya untuk berbagai tujuan pembelajaran. Dengan model pembelajaran seperti ini, peserta didik akan saling membantu dan bekerjasama dalam menyelesaikan tugas dari pendidik. Karena peserta didik akan dimasukan ke dalam kelompok-kelomppok belajar, sehingga menuntun mereka untuk saling peduli terhadap anggota kelompoknya masing-masing.
            Scientific Learning merupakan pendekatan pembelajaran ilmiah yang meliputi kegiatan mengamati (observasing), menanya (questioning), menalar (associating), mencoba (experimenting), dan membentuk jejaring (networking). Dengan model pembelajaran seperti ini, peserta didik akan lebih memamahi materi yang sedang dipelajari. Karena peserta didik dapat berinteraksi langsung dengan objek/materi yang sedang dipelajari memalui kegiatan yang disebutkan sebelumnya.




DAFTAR PUSTAKA

Lie, Anita. 2007. Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Sani, Ridwan Abdullah. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Syah, Muhibbin. 2009. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo.
Widyaiswara.2011.cooperative learning












Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perencanaan Evaluasi Pembelajaran

Perencanaan Pengajaran (Pengantar Kurikulum)

Resensi Novel Surga yang tak Dirindukan